Kali ini hanya terasa sangat berat, menikmati senja dengan sendu yang berkepanjangan. Menatap pada arah
angin yang membawa ombak saling berkejaran dan akhirnya menyatu, sekali sekali
hangatnya air laut menghampiri dan menyentuh jemari kakinya, tak ingin menghindari
dan hanya ingin merasakan. Tak kuasa, air mata terjatuh dan tak terbendung
lagi. Semua perasaannya kala itu hancur dan terlihat menyedihkan. Peluknya pada
awan yang tak terbalaskan juga rindunya pada langit yang tak tersampaikan.
Memiliki rasa yang begitu tulus kini berubah menjadi sangat perih dengan hanya
ucapan satu kata “maaf” yang kini telah mengakhiri segalanya.
Memulai lagi dengan keadaan yang hancur.Terkadang mudah, namun terkadang sulit.Biasanya hari-hari selalu ada penantian, namun kali ini semua telah hilang. Bukankah dulu saat meminta, prioritasnya adalah kamu. Memberimu waktu, memberimu segalanya, bahkan saat dia dalam keadaan tidak baik-baik saja. Cinta lagi-lagi membuatnya semakin bodoh. Kamu tidak salah, kamu hanya melakukannya pada orang yang tepat. Orang yang tidak meminta luka untukmu, orang yang memaafkanmu, orang yang tidak berharap balas untukmu. Perasaannya yang salah. Yah DIA
Memang aneh rasanya, rindu itu
begitu hebat namun kali ini tak bertuan.
Dia tak berani lagi memberikan
rasa. Menapaki alur cerita Tuhan, mengikuti arah hati, ntah kemana akan
tergiring. Bukan tentang caranya mengiklaskan namun tentang takdir yang tak
berpihak. Iklas itu menjadi keharusan. Memang itu yang harus dilakukan saat
ini. Jika dipaksakan beralih, takutnya adalah rasa yang mati dan enggan memulai
dan nanti akan menjadi luka untuk hati yang lain.
Lebih baik berdiam hati.....
Akan kuceritakan lagi nanti, saat iklas itu tak lagi menjadi beban namun menjadi lepas.
Maaf jika perasaannya membebanimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar