Pelangi di Malam Hari

Jumat, 16 Maret 2018

Labil, belum pamit...

A.m
Jalanan tak jauh dari kesan ramai, selalu berhiaskan keriuhan yang memperlihatkan wajah asli ibu kota. Suara berisik lalu lintas terkadang tersamarkan dengan suara indah penyanyi jalanan mencerminkan bahwa terkadang ramai adalah citra sebuah kebohongan (di dalam ramai ada jiwa yg sepi. ooh)...

Dewasa seolah menjadi alasan manusia untuk mengeluh, selalu membandingkan antara masa kecil dengan sekarang. Semasa kecil rasa tak sesusah ini. Semua serba mudah, bermodalkan air mata dan ratapan bibir apa yang diinginkan tercapai. mengeluh juga bukan masalah. Rasanya tawa tak begitu sulit untuk dilontarkan, hanya butuh berlari dan bersembunyi, bahkan terjatuh dan terluka tidak menjadi alasan untuk menyerah. Hari-hari yang dijalani terasa berkesan, selalu penasaran dengan hari esok. Hari kemarin memang berlalu dengan kekalahan dalam sebuah permainan, namun hari ini adalah pembalasan agar kemenangan didapatkan dengan sempurna (begitu) Ya...... dulu kesempurnaan itu sangat mudah untuk didapatkan.

Sisi lain dari sebuah kesempurnaan.
tertegun....
"wajahmu adalah saing dari sebuah keindahan mawar, kulitmu lembut seperti lambaian kain sutera, bibirmu merona memikat setiap insan dan ingin segera menggodamu".
lelaki,,,,,
Ciptaan terindah Sang Penguasa, bahasanya ampuh, bahkan katanya yang terucap mampu membuat wanita terbuai hingga lupa bagaimana cara menyendiri. Sesekali membelai dengan sentuhan hangat, menggenggam dengan begitu ringan, tersenyum dan melirik manja membuat wanitanya tersipu malu. Mereka saling tertawa  ntah menertawakan apa, berbisik memperjelas kedekatan mereka.
Cemburu,
Dia juga wanita, melihat mereka dekat, melihat mereka tertawa, pikirannya liar tapi bertanya-tanya "Aku juga nanti merasakannya. Apakah?" mengingat dirinya masih ada di ujung penantian (keliru).

Beberapa manusia ditakdirkan untuk menunggu, n'tah itu akan terjadi, n'tah itu penundaan, atau bahkan itu hanya sebuah khayalan, dan beberapa manusia memilih untuk menunggu. Bodoh memang, namun siapa yang bisa menjamin kebahagiaan melainkan diri sendiri.

Tentang sempurna tadi,
Pemikiran seseorang dia yakin adalah labil, karna manusia dihadapinya hari ini adalah suam-suam kuku, tapi besok adalah panas, atau sebaliknya. Ya, jelaslah labil. Hari ini jatuh cinta parah, tapi besok seperti orang yang tak kenal. Hari ini bahagia sangat, tapi 5 detik ke depan tersedu-sedu karna sebenarnya sempurna itu tidak ada kecuali masa kecil kemarin (tapi tak semua orang juga merasakan bahwa masa kecilnya sempurna).

P.m
Hm, sudah terlalu lama larut dalam pagi yang begitu-begitu saja. Sadarkah dia bahwa sebentar lagi senja tiba? Tidakkah dia terpesona dengan lintas kehidupan yang sebenarnya penuh teka-teki? Pikirnya terkontaminasi dengan riweuh nya problematika percintaan (oh, bukan, hanya sedikit dari itu). Sama saja. Tak sedikit orang juga terkesan dengan satu hari. Namun baginya satu hari ini begitu monoton, sampai senja berlalu tak kunjung berpamitan dengan yang namanya bahagia.
Heh...
Berlarut-larut malam juga begitu-begitu saja.
Tetap labil...














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kali ini hanya terasa sangat berat

Kali ini hanya terasa sangat berat, menikmati senja dengan sendu yang berkepanjangan. Menatap pada arah angin yang membawa ombak saling berk...